
Alexander the Great, Sang Iskandar Zulkarnain Yang Agung, berdiri di tepi jalan di sisi filsuf termasyhur itu berbaring dalam bak mandi kayu yang menjadi kediamannya.
"Aku Alexander, sang Raja," ia memperkenalkan diri.
"Aku Diogenes, si Anjing," jawab sang filsuf ternama tanpa berganti posisi.
"Apa yang bisa kuberikan padamu?" tanya sang Raja yang merupakan murid dari Aristotles. Wajar ia bisa memaklumi 'kekurangajaran' sang filsuf yang terkenal sinis.
"Aku mau cahaya mentari. Kau menghalanginya," pinta Diogenes pada Alexander yang berdiri membelakangi surya.
Sang Raja menepi sambil bersabda:
"Kalau aku bukan Alexander, maka aku adalah Diogenes."
Dalam Pelajaran Bahasa, jika diberikan suatu artikel maka biasanya kita harus menemukan pokok kalimat dan moral cerita sebagai sebuah kesimpulan.
Apa kesimpulan yang diperoleh? a. Kalau tidak jadi Raja, maka jadilah Anjing? Atau, b. terimalah 'gelar ejekan' sebagai bagian dari Anda, karena sebetulnya itulah Anda?
Gelar panggilan adalah hal yang umum di dunia, terutama di Asia. Boleh jadi ini terjadi karena nama seseorang bukanlah unik. Banyak terjadi duplikasi nama, bahkan dalam ruang lingkup komunitas yang kecil semisal dusun atau desa sehingga dibuat nama gelar sebagai pembeda. Bahkan, organisasi sekelas Rotary International mengakui pemakaian nama panggilan, seperti yang tercantum dalam The ABC's of Rotary.
Maka jika ada beberapa Polan, yang satu mungkin akan dipanggil dengan Polan Botak karena tidak mempunyai rambut selembarpun di kepalanya, ada Polan Siomay karena profesinya berjualan makanan keliling kota, Polan Batak karena berasal dari Tapanuli, Polan Jengkol karena maniak dengan semur jengkol, dan seterusnya.

Meski demikian, terdapat aplikasi Nicknames dalam situs facebook yang sedang populer karena kisah sukses Barrack Obama yang memperoleh dukungan komunitas maya ini, menjadi sangat menarik.
Saran saya, jangan mudah tersinggung jika diberi label 'lucu' oleh teman Anda. Toh, menurut Shakespeare, apalah arti sebuah nama....