Ku tinggalkan kota yang menjadikan ku makhluk pariah Setiap sudut pesing, lorong amis, gang gelapnya tlah lunas ku jelajah Taman mesum, pasar kumuh, komplek elit, dan rumah ibadah Ku pudarkan dari ingatan tergundah Wajah-wajah pemulas usus terlupakan sudah Seluruh debumu yang melekat di nganga luka lampus musnah
Selamat tinggal Brutus.... Ciao Iago! Tak perlu ku telan lagi upas yang kalian ramu Simpan amal palsumu di dengki hati Aku tak peduli
Tapi.... Jika suatu waktu ku pulang Hanya karena dia yang menulis tangis rindu di malam hari Renjana mengharapku, demi aku, untuk datang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar