Anakku satu-satunya ini paling malas membaca. Ia sangat cepat menangkap sesuatu yang ditampilkan secara audio visual. Tapi jika harus membaca, nanti dulu...
Setelah akhirnya berhasil dipaksa membaca buku pelajaran Agama selama satu jam, Kasih diuji oleh Bunda. Tidak ada jawaban yang benar. Akhirnya Bundanya meledak karena kesabarannya habis. Kasih diharuskan membaca ulang. Dan saat aku pulang sebentar untuk makan malam sebelum kembali kerja, aku diberi kewajiban untuk menghukum anaknya. Satu-satunya cara yang kutahu adalah dengan memberi hukuman besok (hari ini) jajannya akan kami kurangi. Selesai makan malam, aku kembali ke kantor.
Aku pulang lewat tengah malam. Kasih sudah tidur, tapi bundanya terbangun karena kedatanganku. Bunda Kasih bercerita, bahwa Kasih setelah membaca 15 menit sambil menangis tersedu-sedu, ternyata dapat menjawab semua pertanyaan (Kalau Bundanya marah, ia jarang sekali menangis. Tapi kalau yang menegurnya adalah ayahnya, tangisnya seperti sedang mengalami kesedihan yang mendalam).
Keesokan harinya (hari ini), ia berangkat ke sekolah diantar Bunda. Pulangnya aku yang menjemput. Begitu aku datang, ia memberiku uang.
"Uang apa ini, Sayang?" tanyaku.
"Kan jajan Kasih dikurangin.....," jawabnya
"Nggak apa-apa, kok" aku mengembalikan uang tersebut. Tapi ditolaknya.
"Katanya uang jajan Kasih dikurangin."
Aku masygul juga. Setiba di rumah, aku ceritakan hal tersebut pada Bundanya.
"O ya? Tapi dia bawa nasi, kok....." jawab Bundanya enteng saja.
Memang anak dan bunda sama saja. Sama-sama keras kepala......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar