
Coretannya pada tanggal 14 berbunyi: "By (maksudnya bye) Luigiy. dan ada gambar hati yang bermaknakan love.
Sore itu, dengan terisak-isak ia menelponku:
"Ayah.... Luigiy hilang!"
"Nanti Ayah cari, nak. Mungkin Luigiy sembunyi di bawah tempat tidur...." jawabku mencoba menenangkan Kasih.
"Nggak ada, Yah. Padahal.. padahal cuma Kasih tinggalin bentar...." terbata-bata sambil masih terdengar isakannya.
"Tenang aja dulu, Sayang. Nanti pasti ketemu," aku meyakinkannya. Rumah kami yang merupakan dunia luas bagi kura-kura hijau kesayangan anakku itu, tetap saja berukuran 5m X 6m.
Malam harinya, aku mencari Luigiy ke seluruh sudut rumah. Kolong ranjang, kaki lemari, sudut dapur, dan bisa dikatakan habis seluruh lokasi rumah kusisiri. Tapi karena mati lampu, aku dan Kasih menggunakan senter sebagai penerangan.
Akhirnya setelah tiga jam, aku menyerah. Keringatku bercucuran.
"Sayang, kalau Luigiy masih ada di dalam rumah, pasti dia akan keluar nyari mbak Kasih", kataku sambil menatap matanya yang berkaca-kaca. (Ia membahasakan dirinya 'mbak' kepada hewan peliharaan dan boneka-bonekanya).
"Apa ada yang ngambil Luigiy, Ayah?" ia bertanya. Pertanyaan yang wajar, mengingat rumahku dalam kompleks sekolahan taman kanak-kanak. Aku yakin ia tidak bermaksud menuduh siap-siapa, tapi kalau ternyata Luigiy sampai nyelonong keluar rumah, siapa yang menjamin tidak ada yang mengantonginya?
"Kalau ada yang ngambil pasti Luigiy dipelihara baik-baik sama yang ngambil," hiburku sekali lagi.
"Kasih nggak rela.....," dan airmatanya kembali berlinang.
Dan tanggal lima belas malam, sepulang dari kerja, aku melihat tulisan di atas tadi pada kalender meja di atas tv.
Aku menghiburnya dengan berjanji akan membelikan kura-kura lain. Ia hanya menggangguk tanpa semangat.
Hingga kemarin pagi saat kutinggalkan rumah, anakku kelihatan lemas dan hampir tak mau makan. Hiliy, kura-kura hijau yang seekor lagi tetap diberi makan, tetapi kelihatan kalau ia tak begitu bersemangat lagi. Mungkin Kasih merasa berdosa telah menghilang Luigiy. Ia juga tak menagih janjiku untuk membeli kura-kura yang baru.
Kemarin sore, aku masih berkutat dengan persoalan di tempat kerjaku. Telepon berdering. Dari Kasih.
"Ayah! Luigiy ketemu! Di dalam sajadah Bunda!"
Aku jadi lupa dengan problem pekerjaan yang sedang kuhadapi. Suara riangnya terdengar begitu indah, mengobati galau dihatiku.

Malamnya, aku menemukan tulisan "Luigiy ketemu disajadah bunda" pada kotak tanggal 17 Mei di kalender.
Dan akhirnya kutemukan lagi canda riang Kasih anakku tersayang.
Kesadaran baruku timbul. Persoalan seberat apapun tak akan terasa berat selama yang kau kasihi bahagia. Mudah-mudahan hal ini berlaku juga pada pembaca.
3 komentar:
he itu kura-kura yang di kolam belakang gak ada lagi ya ?
yang di kolam belakang udah lama minggat, suluk....
hehe..lucu juga si Kasih ya....tapi lebih lucu lagi si Luigiy pake ngilang segala....Semoga lah jadi pembelajaran juga buat Kasih.
cheers,
Pie
Posting Komentar