Rabu, Mei 14, 2008

Traitor, Traitor

Julius Caesar terbaring bersimbah darah. Luka-luka tikaman belati ditujahkan ketubuhnya oleh para senator Roma yang tidak mengehendaki ia terus berkuasa. Penguasa perkasa yang telah menaklukkan Galia, Nubia dan Egypt itu dalam sekarat memandang tak percaya ke arah Marcus Junius Brutus, sahabat dekat sekaligus tangan kanan yang menghujamkan belati ke jantung Caesar.

"Et tu, Brute?" kalimat terakhir yang diucapkannya dalam bahasa Yunani itu menjadi sangat terkenal berabad-abad kemudian. Ia menghembuskan nafas terakhir dengan mata terbuka penuh kecewa.

Soeharto pada saat kejatuhannya menyebut Harmoko, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat saat itu, sebagai Brutus.
Mungkin diluar dugaannya bahwa orang kepercayaannya, bekas Menteri Penerangan tiga kali berturut-turut yang menjadi corong kebijakannya itu, ikut menjadi aktor yang memakzulkannya dari singgasana kekuasaan yang tekah ia diduduki selama tiga puluh dua tahun.
Sekarang ini Harmoko hanya tersenyum bila ditanyai tentang momen bersejarah tersebut. Toh, ia bukan Brutus. Sebagaimana Soeharto bukan Julius Caesar.

Saat Judas Iskariot menciumnya di Taman Getzemani, Isa Al-Masih bersabda dengan sedih:
"Kamulah orangnya, Judas..."

Sang Nabi yang dielu-elukan sebagai Raja Kaum Yahudi itu sudah tahu bahwa Judas akan menjualnya demi keping-keping perak kepada para rabbi yang kebakaran kumis dan jenggot karena merasa terancam posisi mereka yang tinggi di masyarakat.

Dan Judas disalib sebagai pengganti Isa seperti dalam Kitab Al-Quranul Karim.
Dan Judas menjalankan takdirnya sebagai pengkhianat paling ternama dalam sejarah, bersama-sama Brutus.

Kisah pengkhianatan bersimbah darah sudah dimulai dari awal hadirnya manusia, ketika Kabil membunuh Habil. Dan turun-temurun beranak cucu mencicit piut dari generasi ke generasi sejarah selalu berulang, merepetisi kejadian-kejadian yang seharusnya jadi pelajaran.

Brutus atau Judas ada di sekitar kita, bahkan mungkin tidur di bawah satu selimut dan makan sepiring nasi denganmu.
Mungkin intuisimu cukup tajam, sehingga kamu tahu bahwa Judas telah menerima tawaran untuk memenggal kepalamu.
Atau ketika kamu terbaring bersimbah darah, memandang Brutus, yang tadinya adalah orangmu nomor satu.

Atau, jangan-jangan, kamu adalah Brutus bagi Julius garis miring Judas bagi Al-Masih.....

Tidak ada komentar: