Selasa, Mei 27, 2008

Peramal Jati Diri

Itulah yang tertera di kartu namanya.

Aku masuk ke smoking room di ruang tunggu keberangkatan domestik Bandara Polonia, Medan. Ruangan khusus untuk merokok di pojok, dengan dua kursi deret menempel di tembok dan dua lainnya merapat ke dinding kaca. Merokok merupakan kebiasaan buruk yang sulit kutinggalkan. Aku duduk membelakangi kaca dekat asbak dan mulai menyalakan sebatang kretek filter.

Di sebelah kananku duduk seorang tua. Tebakanku ia seorang pensiunan. Di kursi deret satu lagi yang juga membelakangi kaca, seorang tua lainnya berpakaian serba hitam sedang mengisap rokok dengan pipa pendek dari tanduk. Dan yang membuatku tak dapat melepas pandang darinya adalah delapan buah cincin dengan batu akik yang besar melekat di jari-jari tangannya. Hanya kedua ibu jarinya yang tidak berhias cincin.

Mereka hendak ke Jakarta, penerbangan dengan saat boarding yang sama dengan punyaku. Dari pembicaraan mereka, terbukti dugaanku benar. Pak tua disebelahku adalah pensiunan sebuah BUMN. Tapi tentang lawan bicaranya tak dapat kusimpulkan siapa jati dirinya.

Akhirnya aku tak tahan lagi. Aku bangkit dan menghampiri pak tua yang berpakaian hitam-hitam dan meminta ijin untuk memotret cincin-cincinnya. Restunya kuperoleh.

"Dia saudaranya Tessy...", kata bapak pensiunan BUMN sambil tertawa. Tentu saja itu hanya canda. Tentu yang dimaksud bapak itu bukan lah Tessy Kaunang.

Setelah mengambil foto jari-jarinya, aku kembali ke kursiku. Tak lama ia pindah ke kursi di samping kiriku. Aku menanyakan namanya yang dijawab dengan pemberian kartu nama.

PERAMAL JATI DIRI
Paranormal

Abdullah Muslim


Kami bersalaman. Ia langsung memberikan jasa profesionalnya secara gratis.

"Anda mudah bergaul, tetapi banyak orang yang syirik dengan Anda," katanya. Aku rasa yang ia maksud adalah iri.

peramal jati diri"Anda juga punya perasaan yang peka, sehingga kalau ada masalah perut dan kepala Anda yang diserang.
Meskipun Anda suka membantu orang lain karena sifat sosial Anda yang besar, tetapi orang-orang yang Anda bantu sering mencelakakan Anda," sambungnya tanpa kuminta. Aku hanya tersenyum-senyum. Mau bagaimana lagi?

"Anda orang yang mudah diajak berdialog, tetapi keras dalam mempertahankan apa yang Anda anggap benar. Karena Anda memang benar. Anda punya kemampuan..." katanya sambil mengetuk-ngetuk dahinya dengan jari telunjuk, "...untuk mengetahui apa yang benar."

Aku risih juga dibilang keras kepala.

"Bapak orang mana?" aku mengalihkan topik dari diriku menjadi tentangnya.

Lahir di Pekalongan tahun 1946, awalnya bekerja sebagai salesman. Pekerjaan yang membuatnya menjelajahi Nusantara.
Dikaruniai enam anak dan delapan cucu. Hanya anak bungsunya yang masih belum berkeluarga. Lima menantunya berasal dari berbagai suku. Menantu pertama asal Tapanuli. Yang kedua dari Gayo, ketiga dari Langkat, yang keempat dari Simalungun dan yang kelima Melayu Riau.

Berdasarkan pengakuannya, ia mendapat wangsit saat berziarah ke makam Kartini. Ia juga meracik obat (yang trademark-nya aku lupa). Obat kuat. Greeeng...., menurutnya. Dan untuk Lhokseumawe saja ia baru mengantarkan obat tersebut ke salah satu toko obat di sana sebanyak 100 lusin bungkus. Hmmm, aku membayangkan bahwa pria satu kota Lhokseumawe jadi greeeng semua.

Tentang cincin yang ada di jari-jarinya, ia menyebutkan khasiat dari masing-masing akik yang diikat dengan suasa tersebut. Tidak semua species akik atau manfaatnya dapat kuingat. Ada yang namanya 'cula badak', 'galih asem', dan 'sepatbader'.
Dari sakunya ia mengeluarkan dua bentuk cincin lagi, salah satunya 'gigi badak' yang berkhasiat mengobati gigitan hewan berbisa. Yang satu lagi aku lupa namanya. Toh, aku tertarik dengan jumlah dan besar akik yang dipakainya, bukan nama dan khasiatnya.
Ia juga bercerita bahwa seorang tentara membarterkan 'mani gajah' dengan salah satu akiknya. Untung otakku tidak mampu mengolah image bagaimana seekor gajah jantan bermasturbasi.

Akhirnya pembicaraan kami banyak berhubungan dengan metafisik. Ia bercerita tentang wilayah-wilayah yang masih menggunakan ilmu gaib, termasuk yang ada di Aceh. Bakongan dan Dataran Gayo termasuk yang disebutkannya.
Kami juga berbicara tentang numerologi dan astrologi lokal. Juga tentang primbon dan pawukon Jawa. Hobbyku membaca membantuku dalam mengalirkan topik pembicaraan. Malahan belasan tahun yang lalu aku pernah membuat program komputer untuk menghitung pawukon. Aku membuatnya sebagai tantangan dalam menyusun algoritma.

Dari speaker di dinding terdengar panggilan menaiki pesawat yang menuju Jakarta dan Banda Aceh. Sebelum berpisah, ia menyalamiku sambil berkata:

"Anda harus hati-hati dalam mempercayai teman."

Aku menyampaikan terima kasih atas peringatannya, dan kami berpisah dengan lambaian tangan.

Kalau bukan teman, siapa lagi yang dapat kita percaya?
Aku jadi teringat motto sebuah toko komputer online: Paranoid is the best.

3 komentar:

Zil mengatakan...

Oel, katanya di Bakongan banyak metafisik? mungkin ada benarnya. Aku sendiri ditawarin utk mendapat ilmu olah batin berbagai macam disana, namun dg berbagai alasan aku menolak mengikutinya. Paling kalo ke Bakongan aku ziarah ke makam kakek ku, liat pantainya yang indah sambil merenung dulu kakekku dari Olele Aceh Besar berlayar menuju Bakongan. Karena umummnya orang Bakongan aslinya dari Aceh Besar (Olele, Lamnyong, Peukan Bada).

ayahkasih mengatakan...

Aku juga nggak tau, Zil. Sampe sekarang aku belum pernah ke Bakongan......

PIPI ELFINA mengatakan...

hehe...asyik juga bacanya.. ramalannya bikin aku teringat dah ama Iago n Brutus.
Yes, be careful, man.
Btw, sebenernya loe cocok juga jadi wartawan lepas, Oel....usulku coba-coba deh melamar ke media utk nulis kolom, (mis di koran "Serambi"), sayangkan bakat nulis mu cuma bisa dibaca di blog, kalo bisa go publik via media, kenapa tidak....?