Jumat, Mei 23, 2008

Reading in the Dark

Aku digelari kutu buku bukan tanpa alasan.

born hereTerlahir di sebuah toko buku (!), menurut ayahku, umur tiga tahun aku sudah mulai membaca (meski aku tak ingat apa yang kubaca saat itu). Yang kuingat bahwa kelas 1 SD aku sudah membaca koran. Kelas dua SD, selain komik lokal dan terjemahan, aku sudah membaca serial silat karya Kho Ping Hoo dan buku-buku tebal seperti Baron von Münchhausen atau karya-karya Karl May.

Aku ingat bahwa setiap ayahku pergi dinas luar provinsi, yang aku minta sebagai oleh-oleh adalah buku, bukan mainan seperti anak lain umumnya. Kalaupun aku punya mainan itu karena ada yang memberikan sebagai kado ulang tahun dan tidak begitu aku pedulikan.

Hal lain, aku seorang penderita insomnia kronis. Menurut ibuku, sejak lahir aku sudah menjadi tukang bergadang.
Akibatnya malam-malam panjang kulalui dengan membaca. Mulai dari koran bekas pembungkus pisang goreng sampai ensiklopedi.

Ibuku yang khawatir akan kesehatanku karena (dianggap) selalu kurang tidur akibat membaca, menerapkan aturan bahwa lampu kamar sudah harus dipadamkan setelah pukul 10 malam. Toh mataku tetap nyalang terjaga sampai azan subuh. Akhirnya kuputuskan menggunakan lampu senter sebagai sumber penerangan, dan aku membaca dalam naungan sarung sebagai selimut. Efeknya baru kurasakan sekarang: indra penglihatanku sangat menurun kemampuannya.

Belakangan ini aku mulai membatasi membaca. Apalagi sekarang aku lebih banyak berhadapan dengan komputer, yang membuatku memilih format e-book daripada hardcopy. Dengan begitu banyak pilihan, aku mulai memilah mana yang masih bisa ditampung otak, mana yang hanya sekadar selingan, atau yang memang must read. Tapi kebiasaan membaca dalam gelap mutlak aku tinggalkan. Dan karena seringnya pemadaman listrik di Banda Aceh, aku jadi lebih banyak punya waktu untuk merenung daripada membaca. Renungan yang menjadi sumber tulisan di beberapa blog milikku. Dan mungkin tulisan-tulisanku dapat membuat segelintir orang menjadi gemar membaca.

Hanya satu saranku : jangan membaca dalam gelap.

2 komentar:

PIPI ELFINA mengatakan...

ya, jangan baca dalam gelap, tapi loe nulis dalam gelap Oel!
Well, IQ mu pasti tinggi, mungkin 145-an, sehingga loe itu multi-telented (kata Bro Chand). Bersyukurlah. Bisa dong kebiasaan baca diturunkan ke Kasih biar dia juga bisa excelent kayak ayahnya......

Anonim mengatakan...

Tapi Kasih jangan diajarin baca dalam gelap Oel, nanti masih mudah Kasih harus pake kacamata dooong...