Senin, Maret 02, 2009

Wajah Itu

Alkisah (nyata), seorang tokoh masyarakat yang sudah sangat sering memimpin berbagai organisasi, baik organisasi kemasyarakatan maupun profesi, mencoba menerobos masuk departure area di bandara. Ia ditolak oleh petugas security bandara.

Maka iapun menjadi berang.

"Kamu TIDAK KENAL siapa saya?", hardiknya sambil menuding-nuding mukanya sendiri.

Dengan tenang satpam tersebut menjawab:

"Tidak. Memangnya Bapak siapa?"

Kelanjutan kisah ini tak perlu kusampaikan, karena tambah memalukan sang tokoh tadi. Atau malah tambah memilukan, sebenarnya.

****

Aku takjub melihat wajah-wajah penuh percaya diri tapi sekaligus tak bermakna yang bertebaran di batang-batang pohon dan tiang-tiang listrik. Menjajah langit dengan spanduk dan baliho yang menghalangiku menatap biru langit atau hijau daun pohon angsana atau asam jawa di baliknya. Merusak panorama...

Dari ratusan wajah yang hampir serupa, aku hanya mengenal lima-enam raut muka secara samar-samar. Apalagi hampir semuanya berpeci (jika lelaki) atau berjilbab (jika perempuan). Atau berpakaian adat seperti hendak tampil di suatu pentas budaya.
Dengan slogan yang nyaris sama: "Mohon dukungan....", "Pilih....", "Perubahan....".
Aku bersyukur masih mendapatkan selingan wajah Luna Maya pada iklan operator layanan telepon selular, dan lebih hebat lagi, terkadang ada gambar monyet juga.

Apa yang diharapkan oleh para pemilik wajah tersebut? Toh, tak mungkin aku mengijinkan orang yang tak kukenal mengisi kapasitas ruang otakku yang terbatas. Aku bahkan tak mau berpikir: 'Siapa sih, orang ini?"

Walhasil, setelah bulan-bulan berlalu dan aku masih tetap tak tahu siapa mereka.
Emang gue pikirin?

****

Berita di koran:

  • Dua caleg tertangkap membawa ganja untuk dijual sebagai modal kampanye

  • Caleg mendalangi pencurian kelapa sawit (pasti juga buat modal kampanye)

****

Aku bilang pada seorang kawan bahwa aku ingin mengoleksi poster-poster kampanye.
"Menuh-menuhin gudang aja", kata kawanku.
"Paling ntar juga jadi sampah", sambungnya dengan kejam.

Aku tak jadi menceritakan tujuanku yang sesungguhnya.

Aku hanya ingin kelak dapat membandingkan wajah-wajah 'Sebelum Pemilu' dengan 'Setelah Kalah'.