Selasa, Agustus 23, 2011

Orangtua Macam Apa?

Suatu hari, guru Bahasa Indonesia Kasih melontarkan pertanyaan:



"Siapa saja yang pacaran di kelas?"



Beberapa anak, termasuk Kasih, tunjuk tangan.



Ibu guru melanjutkan dengan pengumuman:



"Tidak boleh ada yang pacaran. Kalau masih pacaran, ibu akan panggil orangtua kalian!"



Sepulang sekolah, Kasih bercerita padaku.



Aku bertanya:



"Apa Kasih pacaran DI DALAM kelas?"

"Nggak..."



"Apa kalau pacaran DI LUAR kelas dilarang?"

"Kaya'nya iya..."



"Jadi pacaran BUKAN dengan teman satu kelas boleh?"

"Kaya'nya nggak juga..."



Anakku gantian bertanya:



"Ayah melarang Kasih pacaran, nggak?"

"Kalau bukan di sekolah, dan Kasih mentaati peraturan tentang pacaran yang Ayah bilang, Ayah nggak melarang..."



Peraturan pacaran yang aku buat tak perlu dijabarkan di sini, tapi yang jelas aku terapkan rambu-rambu sosial dan moral kepadanya, dan aku percaya anakku akan mentaatinya.



Beberapa hari kemudian, Kasih kembali bercerita padaku. Ia ditanya guru tersebut, apakah masih pacaran.



"Apa jawab Kasih?"

"Kasih jawab ya"



"Terus apa kata guru Kasih?"

"Kenapa masih pacaran?"



"Apa jawab Kasih?"

"Ayah saya TIDAK melarang saya pacaran kok, bu..."



"Terus apa kata guru Kasih?"

"Orang tua macam apa!"



Tawaku meledak. Plong rasanya.



Baiklah. Akan aku jelaskan (kalau ada yang bertanya-tanya).



Satu hal yang aku minta dari Kasih adalah JANGAN BERBOHONG. Mungkin aku akan marah kalau ia melakukan kesalahan, mungkin juga tidak. Tergantung kesalahan apa yang dilakukan.



Tapi aku PASTI marah BESAR kalau ketahuan ia berbohong.


Ia tau aku marah karena ia salah, bukan karena tidak sayang atau 'marah karena sayang'...

Melarang anak tanpa alasan kuat hanya membuat anak meragukan integritas kita, bahkan mungkin membuat anak menjadi tertutup atau suka berahasia kepada orangtuanya.



Meski tidak melarangnya pacaran, bukan berarti aku menyuruh! Tapi kalau ia memang menyukai seseorang dan kemudian 'berpacaran', ada hal-hal yang TIDAK BOLEH dilakukan, misalnya: pacaran di sekolah karena akan mengganggu konsentrasi belajar, tidak boleh 'begini-begitu' karena selain melanggar norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, yang jika dilanggar akan berujung pada konsekuensi yang serius, juga dilarang dalam agama (Ini enaknya tinggal di daerah yang melaksanakan syariat Islam, he he he). Selain itu, kalau pacaran prestasi harus tambah bagus. Malu kan sama pacar kalau nilainya jelek?


Aku bangga karena Kasih menjawab pertanyaan gurunya dengan jujur. Inilah yang membuatku lega.



"Ayah kalau dipanggil bu guru ke sekolah, gimana?"

"Ya Ayah pasti datang, nak!"



"Ayah bilang apa?"

"Ayah jawab aja memang Ayah nggak melarang Kasih pacaran...."



Aku pasti datang kalau dipanggil. Aku memang ingin ketemu dengan gurunya.



Perlu diketahui, guru tersebut seorang ibu yang baik dan sukses. Semua anaknya bersekolah di beberapa Perguruan Tinggi terkemuka di Indonesia, dan bahkan ada yang menyelesaikan jenjang S2 serta semuanya mempunyai kedudukan terhormat (yang paling kecil masih kuliah).



Sebagai single parent, aku adalah Ayah dan Ibu sekaligus. Aku masih belajar dan akan terus belajar bagaimana menjadi orangtua yang baik. Aku menerima masukan apa saja, meskipun belum tentu semuanya aku terapkan. Akan ada filtering, analisis, renungan, diskusi, bahkan perdebatan.


Hanya doaku untuk Kasih slalu, semoga dengan bimbingan Yang Maha Membimbing dan Maha Mengetahui, ia dapat melayari lautan kehidupan sebagai pribadi yang utuh. Amin.




Janganlah Menjadi Lilin

Janganlah menjadi lilin
Karena sesungguhnya kau adalah matahari
yang menebar energi bagi kehidupan di muka bumi
terikmu dinanti ibu-ibu dan pembantu yang menggantung cucian basah
atau nelayan yang menjemur ikan asin
cahayamu dirindukan butir klorofil dalam dedaunan dan ganggang
untuk diserap dengan penuh kasih sayang
diresonansi dan dihantar berfotosintesa
menjadi sumber rantai makanan utama

Janganlah menjadi lilin
Sebab dirimu adalah rembulan
penentu pasang surut muka samudra kehidupan
lamunan muda-mudi yang dimabuk asmara
inspirasi seniman majenun menggubah asmaradana
diintai hadirmu meski segaris
untuk menentukan kapan berpuasa dan berhari raya

Janganlah menjadi lilin
Ketika kau adalah kerlip kerdil bintang di malam hari
membimbing pelaut yang sedang bercumbu dengan gelombang tinggi
yang mencari arah dermaga pelabuhan di sepinya lautan
kau destinasi ilmuwan dan penggemar fiksi ilmiah
pencari batas akhir yang belum pernah dikunjungi sesiapapun

Janganlah menjadi lilin
bandingkan petromaks di warung pinggir jalan lintas kota
yang digunakan janda pengelola merangkap waitress
untuk melayani kebutuhan penjelajah pengemudi monster penggendong kontainer
kurir barang dari lokasi produksi ke wilayah-wilayah konsumen
mulai dari barang kebutuhan utama, sekunder, tertier....
sampai sepeda motor kreditan atau bahan baku rahasia waralaba es teler
yang singgah sejenak 'tuk menumpas lapar melepas lelah menghapus dahaga
terkadang juga melepas hajat

Sebagai penerang surau kecil di pinggir hutan
tempat para santri mendaras kitab kuning
memaknai baris-baris kalimat tentang kebenaran hakiki

Janganlah menjadi lilin
lebih manfaat suluh yang digunakan bocah-bocah dusun
untuk menyusur jalan setapak sepulang mengaji di surau sesudah isya
mencari belut lele kodok kepiting di pematang sawah becek tak berojek
tangkapan yang boleh jadi dijual 'tuk membantu emak
atau disantap untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang bergizi tinggi
sehingga menjadi cerdas dan sukses menjadi 'orang' suatu hari nanti

Dan ketika kau sungguh merasa lelah menjadi itu semua
luluh lantak lemah lunglai litak sekujur badan remuk redam
ingin rehat sejenak, memulihkan raga rasa dan karsa
hanya sejenak...

janganlah menjadi lilin
yang menyala suram menebar kabut asap
segera padam dibelai sepoi angin yang menyelinap dari celah ventilasi
dan ketika terjatuh lekang dari alas
menyambar yang mudah terbakar
dan membumihanguskan apapun yang tersentuh dalam kemelut panik di malam buta

Jadilah lilin aromaterapi
meski hanya dibakar sedikit
menebarkan semerbak wangi abadi
menentramkan atma dan menyembuhkan luka
membagi rasa bahagia

Janganlah menjadi lilin.....

Jumat, Juni 17, 2011

Listen To My Heart

Akhirnya Kasih masuk dapur rekaman. Guru vokal dan piano Kasih, Moritza Thaher, yang membuat hal ini terwujud.

Memang masih check sound. Demo singlenya yang berjudul 'Listen To My Heart'. Lyric in English. Karya Kasih 100%.
Aku hanya menyarankan pengubahan pada satu phrase.

Yang ingin kuceritakan bukan rekamannya, tapi proses penciptaannya.
Lagu ini merupakan ungkapan perasaan, jeritan hati anakku yang paling dalam.

Dimulai setahun yang lalu, ketika dihadapkan pada kenyataan bahwa ia harus memilih satu dari dua pilihan yang tidak satupun keinginannya sendiri.
Aku memang mendengar apa yang ia inginkan. Tapi tak cukup jika hanya aku seorang. Dengan kata lain, hanya bisa terwujud bila Tuhan menghendaki. Dan Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik buat kami, terutama bagi Kasih.

Dilema bagi seorang anak yang usianya belum genap dua belas tahun. Apapun pilihannya, pasti ada pihak yang terluka (terutama dirinya). Aku menjelaskan padanya bahwa aku akan menghormati pilihannya, karena yang terpenting bagiku adalah kebahagiaannya. Aku bahagia selama ia bahagia, meski itu berarti kami harus berpisah. (Belakangan kukatakan padanya, demi kebahagiaannya aku rela berpisah. Tapi kalau sampai ia tersakiti, aku akan MEMBUNUH orang yang melakukan itu. Meskipun itu bundanya sendiri...)

Dalam kebingungan, terciptalah sebuah lagu yang indah (tapi menyayat jiwa). Keinginan hatinya. Memohon untuk didengar.
Dan ketika jeritan kalbunya tak mampu menggetarkan hati yang keras membeku, iapun membuat keputusan.

Pembaca pasti mahfum pilihan yang diambil Kasih. Dan berdasarkan pilihan itu, aku bersumpah akan menghabiskan sisa hidupku untuk membahagiakannya. Kebahagiannya adalah kebahagiaanku. Titik.

Proses penciptaan lagu sempat terhenti ketika ia tersadar bahwa takdir sudah ditetapkan. Dalam kemarahannya kepada mahkamah yang tak menanyakan keinginannya (ia juga menyesaliku karena tidak mengijinkannya menemui majelis hakim untuk menyampaikan bahwa 'pak hakim bodoh'), lagu yang baru setengah matang itu tersimpan ke dalam memori. Tidak hilang, hanya terpendam.

Memori itu timbul kembali ketika aku menyemangatinya untuk rekaman. Gairah menciptanya bangkit dan ia bergiat menyempurnakan lagu yang pernah digubahnya.
Yang tidak ia sadari bahwa setiap nada denting piano, setiap kalimat dalam bahasa Inggris yang belum sempurna, setiap helaan nafasnya...... mataku pun berkaca-kaca. Aku masih merasakan bahwa alam bawah sadarnya menginginkan untuk didengar, meski sudah kujelaskan bahwa tak ada jalan 'tuk kembali....

Tepat setahun sejak diciptakan, lagu itu masuk studio rekaman.
Tentu saja perjalanan putriku masih panjang. Jalan yang terbentang luas jauh menggapai cakrawala.
Dan aku terus berdoa memohon Tuhan untuk selalu memberikan kebahagiaan bagi putriku tercinta. Amin.

Senin, April 25, 2011

Just The Two of Us

(Tulisan ini untuk menanggapi komentar Rie Rie di posting terakhir sebelum ini)

Lama tidak menulis, bukan berarti tiada kisah tentang Kasih. Anakku, matahariku, cahaya hidupku itu selalu membuat cerita baru nan lucu setiap harinya. Tapi tidak semuanya mendapat permit untuk ditulis di-blog ini. Misalnya, ketika pertama kali 'ditembak' cowok. Atau saat naik level dari murid SD jadi anggota OSIS SMP. Pertama 'pacaran'...., atau kali pertama patah hati. Mungkin suatu saat kelak, Kasih sendiri yang akan menceritakannya kepada para pembaca yang budiman (dan budiwati, bu Dina, bu Diran, bu Didin, dan budi-budi lainnya....)

Mungkin ada pembaca yang bertanya-tanya makna judul di atas (lebih mungkin lagi tidak). Jawabannya singkat: sudah hampir setahun hanya ada Kasih dan Ayah Kasih. Mohon jangan ditanya ke mana bunda kasih.

Jadi, Rie.... (menghela nafas...)
Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi. Sesuatu yang kita sangkakan akan langgeng, ternyata dalam sekejap bisa musnah (background music 'Musnah' Andra & The Backbone).

Harmonis? Duluuuuuuu! Sekarang entah kemana!

Jaman berubah.
Musim berganti.
Sungai mengalir.
Awan melayang menjauh.

Manusia menjadi tua.

Panta rei...

Tapi, seperti yang selama ini kuyakini, Tuhan tidak akan menguji umatNya melebihi batas kemampuannya. Aku tetap tegar, dan itu karena Kasih memilih untuk tetap bersamaku.
Dan siapa bilang kasih seorang ayah hanya sepenggalah? Dan apakah kasih SEMUA ibu PASTI sepanjang jalan? (Mudah-mudahan ya...)

Jaman berubah....
Manusia mengikuti jaman, dan terkadang hanyut ke samudra dalam.

Dan aku telah bersumpah, kubaktikan sisa umurku untuk membahagiakan putriku :)

Minggu, Februari 13, 2011

Cinta 100%

Lewat tengah malam.
Kunyalakan TV. TV merupakan pilihan terakhir untuk menghibur diri belakangan ini. Tayangan fiksi, termasuk fiksi ilmiah atau komedi situasi favorit, seperti menyindirku. Atau setidak-tidaknya menggali duka yang justru ingin kulupakan. Ini adalah hari-hari (yang berlanjut menjadi bulan-bulan) dimana senyumku terkunci.
Setelah berganti-ganti saluran tanpa tujuan, aku berhenti pada salah satunya yang sedang memutar ulang The Bachelor: London Calling. Buat yang belum tahu, ini adalah reality show di mana seorang pria lajang memilih satu dari 25 gadis cantik sebagai calon pasangan hidupnya. Setiap episode berlanjut, satu atau beberapa gadis dieliminasi sampai pada akhirnya tinggal dua orang. Salah satunya dipulangkan dengan hati patah dan yang masih bertahan akan menerima cincin pertunangan disertai lamaran yang romantis.
Menyedihkan, bukan?
Sesungguhnya semua reality show menyedihkan. Nestapa, bahkan aib adalah bahan utamanya. Apalagi jika jodoh yang seharusnya diterima sebagai takdir Tuhan dijadikan komoditi hiburan belaka. Kumatikan TV dan berangkat naik ke tempat tidur sambil membaca buku kamus bahasa asing yang belum pernah kupelajari untuk mengundang kantuk yang tak kunjung datang.

***

"Kamu salah.... seharusnya kamu tidak mencintainya 100%"
Sore itu aku duduk di sebuah kafe yang sepi pengunjung di pinggiran kota dengan dua orang temanku. Berbincang dengan teman merupakan terapi yang bagus ketika kamu mengalami goncangan besar dalam kehidupan. Sekaligus untuk mengetahui siapa temanmu yang sebenarnya.
Aku bersalah karena mencintai seseorang 100%? Mencintai sepenuh hati selama dua puluh tahun adalah sebuah kesalahan besar?
Sedikit logika matematika.
Soal: Leo Sawyer dalam lagunya "More Than I Can Say" mengucapkan "I'll love you twice as much tomorrow".
Kamu bertemu seseorang dan jatuh cinta. Pada hari pertama, kadar cintamu 1%. Jika kamu mencintainya seperti dalam lagu tersebut, berapa persen kadar cintamu setelah 20 tahun?
Petunjuk: Pada hari ke-8 -> kadar cinta = 128%
Mungkin seharusnya mengukur cinta bukan dengan satuan persen. Seperti untuk mengetahui tingkat kecerdasan, seharusnya ada perangkat untuk menguji tingkat cinta. Love Quotation, kalau mau keren dan terkesan ilmiah.
Mungkin kalau rajin mengikuti kuis-kuis yang bertebaran di tween atau female mags siapa tau dapat diperoleh angka yang akurat, atau paling tidak mendekati. Benarkah? Bagaimana jika nilai kamu lebih tinggi daripada si dia-atau sebaliknya? Apa lebih baik putus saja? Oh, aku sudah pernah menonton beberapa sitcom dengan episode tentang hubungan yang kacau gara-gara hasil kuis majalah!

***

Lewat tengah malam.
Kunyalakan TV. Setelah berganti-ganti saluran, akhirnya berhenti pada salah satu yang sedang menayangkan The Bachelor: London Calling. Tinggal tiga orang kandidat. Lokasi: Bermuda. Timbul juga rasa ingin tahu, siapa yang akan dipilih Matt Grant, bujangan yang jauh-jauh datang dari Inggris ke USA untuk mencari belahan jiwa melalui sebuah reality show?
Melakukan assesment terhadap peserta dan membuat prediksi siapa yang akan dipulangkan saat itu. Sengaja aku tidak berselancar di internet sehingga hasil akhir tetap merupakan misteri.
Prediksiku tidak meleset. Amanda mengepak koper dan pulang dengan hati terluka. Ketidakterbukaan Amanda membuat Matt ragu memilihnya sebagai kekasih. Kalau ini bukanlah reality show, mungkin Matt akan memberi waktu bagi Amanda untuk mendalami perasaannya sendiri. (Ternyata Amanda adalah gadis pertama yang menerima mawar dari Matt, sehingga prediksiku bukan tanpa dasar).

Selama beberapa hari kemudian aku masih setia mengikuti sampai episode akhir, karena toh aku telah membuat prediksi siapa yang bakal dipilih Matt.
Sebelum Matt menentukan pilihannya, masih ada satu ujian yang harus dilalui kedua finalis. Dan pada saat itulah aku yakin bahwa cinta 100% itu masih ada, bahkan dari sebuah reality show....

***

"Kamu jangan mencintai dia 100%..."
Sore yang lain, kafe yang berbeda, dua teman, satu orang yang sama. Yang sebelumnya mengucapkan kalimat yang mirip.
Hanya saja kalimat yang barusan diucapkannya bukan untuk menunjukkan kesalahanku di masa lalu, tetapi sebagai peringatan agar aku tidak terluka lagi.
Aku tersenyum. Temanku memandang cemas karena tau bahwa senyum itu menandakan keras kepalaku tak kan hilang. Tapi siapa yang bisa menentukan perasaan hati?

***

Seperti perkiraanku, Matt memilih Shayne, seorang aktris mungil.
Dan walau prediksiku benar, aku tak yakin apakah memang sudah seperti yang seharusnya....
Sudah seharusnya Matt memilih Shayne, karena dalam pengamatanku Shayne mencintai Matt sepenuh hati.
Meskipun Shayne seorang aktris, untuk membuat kebohongan melalui tatapan mata memerlukan pengalaman panjang dan disiplin dalam berlatih. Hanya sedikit yang mampu melakukan itu.
Petunjuk lain adalah ketika Shayne melakukan parasailing atas permintaan Matt, jawabannya adalah ia bersedia hanya karena Matt. Dan ketika Shayne mulai membubung tinggi, ia meneriakkan: "Kalau terjadi sesuatu padaku.... aku doakan kamu dan Chelsea berbahagiaaaa!"
Tentu saja Shayne selamat. Dan ia menerima lamaran dari Matt.

Seharusnya ditutup dengan happily ever after... kalau ini merupakan filem animasi Disney.
Nyatanya kisah cinta terbaik selalu berakhir tragis. Romeo dan Juliet. Sampek Ingtay. Tristan dan Isolde. Pronocitro dan Rara Mendut. Dan masih sederet lainnya.
Hanya bertahan dua bulan, akhirnya pertunangan mereka kandas. Aku yakin Shayne mencintai Matt sepenuh hati pada saat itu. Tapi apakah Matt juga mencintai Shayne dengan kadar yang sama? Ada ujar yang berbunyi: lebih baik memilih seseorang yang mencintai kamu meskipun kamu tidak mencintainya dari pada memilih orang yang kamu cintai sementara ia tidak sepenuhnya mencintamu.
Matt mengikuti ujar ini, dan legenda kutukan The Bachelor terus berlanjut....

Dan aku tidak pernah menonton reality show lagi.


Senin, Januari 24, 2011

The Return of Totally Awesome Geek


Cukup lama blog ini vakum.
Bukan... bukan karena kehabisan ide. Tapi prahara kehidupan menimpaku, membuat ku terpuruk berbulan-bulan lamanya. Selama masa itu, emosiku naik turun bagaikan menunggang roller coaster pemacu adrenalin yang melaju dengan kecepatan suara. Malam-malam panjang kulalui dengan tangis tanpa suara. Meski tangis itu tak pernah ku undang, tapi pipi dan bantal tidurku selalu basah dengan air mata yang tak mau kering, untuk akhirnya tertidur dengan mimpi indah yang meneror dengan kekejian yang tak terperi.

Third Wave
Menurut Alvin Toffler, setelah kematian, perceraian adalah guncangan terbesar dalam kehidupan seseorang. Tapi menurut kebanyakan orang yang pernah mengalaminya, perceraian jauh LEBIH MENYAKITKAN daripada kematian. Apalagi jika perceraian terjadi karena pengkhianatan, pelanggaran terhadap kesucian lembaga perkawinan.
Dalam The Third Wave, Alvin Toffler menulis: Setiap individu gelombang ketiga siap mengikuti perubahan tanpa harus mengalami kejutan masa depan. Rahasianya, mereka mempunyai zona aman yang tetap, rutinitas yang terus dipertahankan. Zona amanku adalah keluarga. Selama dua puluh tahun aku adalah seorang family guy. Rumahku adalah surgaku. Istri dan anakku adalah tempat ku berlabuh dan memulihkan diri dari letih menjalani hiruk pikuk dunia yang semakin tak tentu. Diriku yang sebenarnya adalah mereka berdua. (lihat: The Geek Got The Girl dan Ayah Kasih.)
Dan tiba-tiba ketentraman itu sirna. Istriku mengucapkan kata berpisah hanya dua bulan menjelang peringatan 20 tahun perkawinan.
Duniaku runtuh....

Model Kübler-Ross
Dan mulailah aku menjalani five stages of grief. Seakan-akan setiap gerak dan pikiranku disesuaikan dengan model yang disusun Elisabeth Kübler-Ross dalam bukunya On Death and Dying.

Tidak masuk akal jika sebuah perkawinan yang telah berjalan 20 tahun hancur tanpa sebab-sebab yang jelas! Ini hanyalah kegilaan sesaat, pemberontakan seorang istri yang merasa jenuh dengan rutinitas keseharian dan mencoba mencari jati diri.... Denial: checked.

Tapi ternyata keadaan bertambah buruk. Helaan nafas dibalas makian panjang. Denting sendok beradu piring mengundang murka yang menggelegar. Api telah menjalar ke seluruh penjuru.
Aku bertanya-tanya: Mengapa terjadi padaku? Aku SUDAH mengikuti SEMUA petunjuk tentang bagaimana menjadi suami yang baik, dan dia sudah berjanji untuk setia sampai mati! Bahkan dia pernah menuntut kesetiaanku meskipun setelah dia mati kelak! Oh... dia tidak pantas melakukan ini padaku! Anger: checked

Akhirnya terbongkar juga alasan di balik alasan. Reason behind excuses.
Ketika aku berpikir bahwa dunia telah kiamat, realitas menyadarkanku bahwa aku belum kehilangan segalanya. Masih ada yang sangat layak diperjuangkan. Putriku. Anakku satu-satunya yang merasakan dusta-dusta dilontarkan bukan hanya untuk menutupi kesalahan, tapi juga untuk menghancurkan aku, ayahnya, yang sangat menyayanginya dan sangat ia cintai. Meskipun perasaannya terbelah, tapi ia telah menetapkan kemana harus berpihak. Bargaining: checked.

Usaha mempertahankan apa yang telah dibangun selama 20 tahun kulakukan dengan segenap daya upaya. Kuharapkan ada secercah cahaya yang mengantarkan kilas balik kehidupan kami. Pengalaman sejati orang lain yang berpengaruh terhadapnya kuungkapkan secara halus dan terbatas. Semuanya sia-sia, malah memperoleh tudingan membuka aib. Dan ajaib.... sesuatu yang telah kucoba sejak awal namun tak pernah berhasil sehingga ku berhenti mencoba, malah datang sendiri: Hatred. (baca: (It's Really Hard) to Not Thinking of Her)
Kebencian yang lahir di ujung perjuangan BUKAN karena pengkhianatan atau dusta-dusta, tapi karena aroma kebencian yang begitu kuat yang ditularkan kepadaku dalam satu pertemuan singkat.
Kuputuskan tiada lagi air mata. Menjalani hidup dengan energi kasih sayang dan tanggung jawab seorang ayah serta rasa benci yang membara.
Takdir telah kuterima, dan ku tutup pintu hati serta kuncinya kucampakkan ke samudera dalam. Depresion: checked.

Tapi takdir tak pernah terukur. Disaat aku berpuas diri bahwa aku survive dan sangat bangga sebagai ayah dengan karangan anakku untuk tugas bahasa Inggrisnya yang berjudul 'My Daddy, My Superhero'..... cinta menyelinap mengisi relung-relung hatiku dengan lembut dan indah (baca: Bersemi Menjelang Senja). Cinta bersemi sembilan bulan setelah kata berpisah, atau dua bulan setelah sertifikat jomblo ku terima.
Tadinya aku tak yakin akan mampu mengalami cinta lagi. Bukan karena aku sangat mencintai mantan istriku. Ingat.... aku SANGAT membencinya.
Tapi karena aku tak yakin akan ada wanita lain mendapat sebutan 'BUNDA' dari anakku.
Toh, aku jatuh cinta. Dan anakku memanggilnya 'Bunda' (malahan ia protes jika aku salah menyebutkan dengan 'tante')
Akhirnya, aku mampu berdamai dengan hatiku. Aku telah berdamai dengan dunia.
Dan kebencian terhadap mantan istriku sirna dengan sendirinya. Acceptance: checked

Dalam setiap tahapan, inspirasi untuk menulis tak putus-putus, namun tak pernah ku publish karena lahir dari energi negatif emosi yang meledak, kekecewaan yang dalam, dan rasa pedih yang menusuk. Setelah kutulis, kubaca, akhirnya ku-delete dalam dinginnya malam.

Mungkin ada yang menuding bahwa aku tergesa-gesa dalam melangkah. Tapi bagiku waktu adalah bagian dari relativitas Einstein. Bukan cepat atau lambat yang penting, tapi bahwa aku JATUH CINTA. Suatu hal yang aku kira telah hilang namun ternyata masih ada, dan utuh.

That's What Friends Are For
Selama tujuh bulan masa-masa sulit dan dua bulan recovery, aku selalu mendapatkan dukungan dari keluarga besarku. Selain itu, dukungan teman-teman sangat membantuku dalam berjuang dan bertahan. Hikmah dari peristiwa ini adalah aku menemukan teman-teman sejatiku. Yang bukan hanya hadir disaat ku senang, tapi juga ketika ku terkapar. Teman-teman yang mengulurkan tangan menarikku bangkit, menepuk pundakku disaat semangatku patah, mendengarkan keluh kesahku dengan sabar tanpa menghakimi atau menggurui. Kepada mereka semua aku berterima kasih. Because of you, I'm ALIVE!

Thanks to:
My Big Family
Genk Banda Aceh 80's

Special thanks to:
KAKTUS (KomunitAs Kaset puTUS) as part of Genk Banda Aceh 80's... meskipun aku berharap segera jadi ex-member dan komunitas ini secepatnya bubar karena nggak ada member lagi, tapi aku takkan melupakan kalian semua selamanya :)


Big Thanks to:
Sanusi and Family
Heri S.
Susanti & Sammi Groves (you're my BFF, no...... my soul sisters!)

Last but the most important:
Kasih Avisti








Jumat, Januari 21, 2011

Bersemi Menjelang Senja


'Kamu yakin?', sang wanita bertanya.

Pria itu memandang mata yang berbinar di hadapannya. Mencoba menangkap setitik ragu, jika ada.
Tapi mata itu adalah lautan teduh yang menelan seluruh dukanya. Duka yang dibenamkan dalam-dalam dan telah dicoba untuk dilupakan. Tapi kini lenyap begitu saja dalam samudera tenang yang menatapnya seakan membisik lembut: 'menyelam lah ke dasarku.....'

Ia menghela nafas perlahan. Apakah ia yakin?

Perasaan ini bukanlah hadir untuk membunuh sepi.

Tidak!

Setelah perjuangan usai, sepi bukanlah temannya lagi. Perasaan ini otentik, bukan artifisial.

Tapi apa yang harus dilakukan untuk meyakinkan sebuah hati yang juga pernah terluka?

Ya... ia percaya dan yakin.
Perasaannya kepada wanita itu bukanlah karena pelarian, tidak pula sebagai pelampiasan. Perasaan yang ada karena wanita itu sendiri, yang kini berdiri dengan anggun di sisinya.
Keberadaannya yang singkat telah memberikan kehangatan bagi hatinya yang dingin membeku. Gelak tawanya menjadi oase subur bagi jiwanya yang kerontang. Dan tatapan matanya..... kerling yang membasuh luka.

Dan ia tahu sang wanita menandai keyakinannya, karena pertanyaan berlanjut:

'Apakah ia setuju?'

Tanpa ragu-ragu ia menjawab:

'Ya... ia setuju.'

Mataharinya, rembulannya, telah menyetujui dari awal mula. Tentu saja ia takkan meminta tanpa approval dari satu-satunya buah hati yang menjadi alasan ia tetap tegar setelah dihantam badai. Persetujuan yang tanpa paksaan, malahan disambut dengan suka cita.

Ia telah bersumpah takkan mengeluh sebagai pelindung tunggal cahaya hidupnya. Jika ijin tak diperoleh, sekuat apapun perasaannya terhadap wanita itu, solitaire akan menjadi permainannya abadi. Kebahagiaan buah hatinya adalah mutlak.

Dan kata setuju diucapkan tanpa keraguan. Hal yang mestinya tak perlu ditakutkan lagi.

Dalam pertemuan singkat mereka bertiga, ia bisa merasakan hangatnya pertalian antara buah hatinya dengan wanita itu, sehingga seharusnya kebahagiaan mereka menjadi sempurna.

Tapi apa yang harus dilakukan untuk meyakinkan sebuah hati yang juga pernah terluka?

Angin berhembus membawa aroma asin ombak dari tepi pantai. Meniup lembut daun mahoni yang melambai malas menggayut di ranting-ranting yang tertidur pulas.

Sang wanita tersenyum. Senyum tanpa suara yang terdengar di telinganya bagai orkestra filharmoni memainkan seluruh opus Frédéric François Chopin tanpa cacat.

'Bagaimana jika kita mencoba dulu sebelum yakin?', tiba-tiba sang wanita berujar lirih.

Adakah yang salah dengan pendengarannya? Ini jauh melampaui pengharapan, menembus awan dan menggapai bintang di galaksi terjauh! Sekecil apapun kesempatan akan diraihnya, dan pertanyaan sekaligus jawaban ini mungkin takkan datang dua kali!

'Oh, okay....', jawabnya. Mudah-mudahan wanita itu tak menangkap getar gemuruh jiwanya dalam jawaban sesingkat itu.

Langit semburat jingga berpadu jutaan warna menjelang senja, bagaikan foto polaroid yang diplintir sehingga menghasilkan lukisan abstrak adikarya.

'Benih-benih itu telah bersemi... tinggal dirawat dan dijaga,' selintas asa dalam relung dadanya.

Perjuangan baru sudah dimulai.

Ia berbisik lirih -sangat lirih- sehingga tak terdengar oleh sang wanita:

'Janjiku untuk membahagiakanmu akan dibuktikan oleh waktu....'

Dan matahari memburu ke balik gunung, meninggalkan rona chromakey di langit senja. Dan burung-burung terbang melayang berputar-putar dimabuk pesona cinta....





Kutaradja, 22 Januari 2011