Sabtu, Desember 05, 2015

PANDIR MENGENAL RASA

sebagai seorang pemburu
tak mengenal cinta
ternyata begitu sakit
menusuk ke dalam hati
merencah kehidupan
menggali kematian

mungkin aku sudah mati
karena nafas tak lagi memburu
mungkin juga setengah hidup
semua gara-gara cinta
yang menuntut perhatian
terasa begitu sakit

aku bagai pesakitan
menunggu hukuman mati
karena kau bermain hati
atau ini namanya cemburu
bagian dari cinta?
ujarnya memaknai hidup

ada berapa kehidupan
lahir, pergi, sakit
menderita virus cinta
tapi tak mati-mati
maut tak terburu
membirukan hati

jangan bicara soal hati
ulang dan berulang dihidupkan
dalam ladang perburuan
panah asmara menyakitkan
mungkin lebih dari kematian
mengapa harus mengenal cinta?

ajari aku tentang cinta
nukilkan stanza tentang hati
atau biarkan aku mati
jika lebih hidup
aku hanya sakit
tak elok bagi pemburu

aku bukan pemburu cinta
aku mengenal sakit hati
aku antara hidup dan mati

Bandung, 6 Desember 2015

#sestinaRTC

*Sestina merupakan salah satu bentuk puisi tersulit yang pernah kutemui. Rasanya 'sesuatu' setelah akhirnya mampu membuat satu.

RENJANA DESEMBER

seharusnya kamu ada di sini
menemani sepiku semalaman
hingga di timur terbit matahari
usir dingin dalam hangat pelukan
bahkan siang serasa tak berarti
jika rasa kau jauh dari sisi
membungkus rinduku senandung kidung
inilah cinta sang penyair linglung

Jumat, Desember 04, 2015

MENGHITUNG PRESIDEN

lahir masa soekarno, tak kenal
besar di jaman soeharto, kelamaan
selanjutnya habibie, sebentar
terpilih gus dur, mosi tak percaya
naik megawati, tak suka
sepuluh tahun esbeye, lumayan
jokowi, vivere pericoloso

DENDAM TAK SAMPAI

aku lelaki, sungguh lelaki, tapi hatiku bukan batu
ketika kau membuang muka, meludah dengan congkak
sebagai lelaki, benar lelaki, kugenggam rasa itu

mungkin kau tak sadar, sabar kubiar, hari-hari berlalu
kutanam seribu budi pada lelaki yang kau panggil bapak
aku lelaki, sungguh lelaki, tapi hatiku bukan batu

karena aku lelaki, nyata lelaki, punya rasa cemburu
kau berjalan dengan sembarang pria sungguh tak layak
sebagai lelaki, benar lelaki, kugenggam rasa itu

tiba saatnya, membuat perhitungan menutup buku
karena jantungku terus berdarah, lukanya meruyak
aku lelaki, sungguh lelaki, tapi hatiku bukan batu

kini dihadapanku, saat pembalasan, bergaun putih susu
kau berdiri, siap mengikat janji dengan rasa muak
sebagai lelaki, benar lelaki, kugenggam rasa itu

aku tersadar bahwa rasa cinta melebihi arti hidupku
takkan kubiarkan sesiapa membikin bahagiamu terkoyak
aku lelaki, sungguh lelaki, tapi hatiku bukan batu
sebagai lelaki, benar lelaki, kugenggam rasa itu

Bandung, 4 Desember 2015

PENANTIAN BEKU

seperti hari kemarin, aku masih menunggu
ketika bintang terkubur, jemari mulai kaku
saat esok kau hadir, ku tiada selamanya

KAU BUKAN MILIKKU

musik sintetis tak terdengar manis
pesta pernikahan ini terasa sendu
di balik kacamata hitam aku menangis
ternyata kau bukan milikku
penyanyi bersuara merdu berdendang
pasangan mempelai tersipu-sipu
wajahmu bersinar aura gemilang
tetapi kau bukan milikku
lagu kenangan cinta kasih bermunajat
di pelaminan menerima tamu
ku doakan kau bahagia dunia akhirat
meskipun kau bukan milikku
musik pengiring tak habis-habis
tinggalkan naungan tenda biru
kubawa pulang hati luka teriris
mengapa kau bukan milikku?

Bandung, 4 Desember 2015

SUARA GENDERANG PERANG

dentam suara genderang perang
tanda musuh telah menyerang
hujan anak panah membumbung
prajurit berteriak meraung
maju mendesak ke bibir jurang
di dasar jurang menanti karang
tangan maut lebar membentang
awan gelap meski tak mendung
--suara genderang perang
terus bertarung beradu pedang
perisai ditembus kelewang
tubuh tertusuk jatuh limbung
hingga gelap sunyi merundung
anyir darah mayat bergelimpang
--suara genderang perang

Bandung, 3 Desember 2015

KALAH USIA

berjalan jauh melemah tungkai
duduk terkapar menggantung lengan
tampangku lusuh macam keledai
usia tua rambut beruban
duduk terkapar menggantung lengan
perut membusung gelambir lemak
usia tua rambut beruban
nafas tersengal batuk berdahak
perut membusung gelambir lemak
pandangan sayu matapun rabun
nafas tersengal batuk berdahak
banyak begadang bertahun-tahun
pandangan sayu matapun rabun
sang dewi lalu takkan tersilap
banyak begadang bertahun-tahun
lihat yang ayu masihlah kalap
sang dewi lalu takkan tersilap
ternyata sudah ada yang punya
lihat yang ayu masihlah kalap
salah duga lelaki dandan wanita

Bandung, 3 Desember 2015

LEGENDA RIMBA

kisah tentang orang bunian
itu benar, 'kan kubuktikan
di ceruk jurang, di dasar karang
nyanyian sunyi mambang hutan

KAPAL HANTU

angin tolak haluan
badai bertarung kekuatan
burung hantu bersarang
liang ular panjang
tali jiwa
ikat
jiwa tali panjang
ular liang bersarang
hantu burung
kekuatan bertarung
badai haluan
tolak angin

MELAYAT

jenazah
di rumah duka
menunggu
si bungsu
yang masih belum tahu
ada di mana

[PERPISAHAN]

air mata
kilauan butir intan
sapu tangan
terbang dibawa angin
melayang tak kembali

KISAH HIKAYAT

titah sang sultan kepada rakyat
pasang pelana menuju barat
sebrang samudra menyerbu darat
pedang diasah zirah digurat
ringkik kuda sanggurdi berkilat
titah sang sultan kepada rakyat
pasang pelana menuju barat
panji berkibar tanah ulayat
musuh sepihak menuntut hormat
dibalas tuba jadah berulat
titah sang sultan kepada rakyat
pasang pelana menuju barat
sebrang samudra menyerbu darat
Bandung, 1 Desember 2015

BULAN BERGANTI

Rindu pada bayangan
Rindu pada bulan
Bulan menyeberang kali
Bulan meniti malam
Malam semakin jalang
Malam miliki duka
Duka disapih darah
Duka dibasuh embun
Embun sejernih kristal
Embun bertutur pagi
Pagi mengulur jemari
Pagi mengulas senyum
Senyum larat tipis
Senyum sarat tangis
Tangis karenamu
Tangis sunyi
Sunyi di hati kelam
Sunyi di lidah jalan
Jalan hilang pupus
Jalan pulang terputus
Terputus akar ilalang
Terputus tali kenangan
Kenangan rupawarna
Kenangan kabut hitam
Hitam isi jelaga
Hitam tak bermakna
Bermakna tak terucap
Bermakna salah kata
Kata benda abstrak
Kata kerja lelah
Lelah terus mencari
Lelah harus menanti
Menanti bijak kukuh
Menanti bintang jatuh
Jatuh tak berdasar
Jatuh tertusuk mawar
Mawar runtuh kelopak
Mawar menusuk tombak
Tombak mengarah jangkar
Tombak di tangan gemetar
Gemetar bukan usia
Gemetar menahan rasa
Rasa yang pernah punya
Rasa itu ada
Ada satu masa
Ada kisah berganti
Berganti hati
Berganti sisi
Sisi…
Hati…

AKU

Angin empat penjuru
Yakin diri menentang arus
Arah bukan pedoman akhir
Hari hanya bilangan masa

Kelana jelajah ruang waktu
Aksara kunci pembuka sandi
Saksama suara dengung diam
Imajinasi empat matra
Haluan sembilan samudra

Bandung, 30 November 2015