Senin, Juli 27, 2015

Takkan Jaim



Aku tak malu nongkrong di kaki lima
Menyantap soto pak Kumis atau dawet ayu Ponorogo
Merasa biasa saja bergala dinner di hotel bintang lima
Dalam acara amal mengeradikasi polio
Aku tak risih berbagi secangkir kopi
Dengan penyapu jalan di sejuknya angin pagi
Tak juga jumawa kala menyesap Earl Grey Tea yang dikirim dari Piccadily
Di pojok klub khusus laki-laki sejati
Aku tak sungkan bicara manga dan musik poprock dengan remaja belia
Yang memandang dunia dari lensa lunak berwarna-warni
Tak juga gagap berdiskusi sastra dan musik klasik dunia
Atau sains fiksi, pemanasan global, maupun bioteknologi
Tak asing dengan rai dari aljazair
New wave delapan puluhan dan ska
Kolaborasi musisi Jerman pada gamelan Bali yang mengalir
Petikan harpa maestra dari Vienna
Tak segan berkaos compang mengecat tembok halaman
Dibakar mentari diterpa hujan
Tak bangga berjas dasi mempresentasikan perusahaan
Karena memang tugas yang harus dilaksanakan
Tak kuhapus airmata karena derita busung lapar anak-anak di Afrika
Sementara kucing dan anjing eksotik makan minum bernutrisi melebihi manusia
Tapi juga tak kututup benci pada penipu dan pendusta
Yang bertanam tebu di bibir sambil menerkam mangsa
Aku bangga dan kagum dengan babu yang ke Hong Kong atau Malaysia
Sesungguhnya mereka pahlawan bangsa
Dan ku mencemooh cendikia yang melacur kepada penguasa
Hasil riset sesuai pesan sponsor semata
Karena ku bisa menangis mengadu pada Ilahi
Tersebab kejujuran yang aku maknai
Dipelintir, diputarbalik dan disalah arti

Bandung, 27 Februari 2014

Tidak ada komentar: