Minggu, Juli 19, 2015

Temporal Paradox

"Si... si... siapa kah Anda?", Annisa berseru ketakutan.

Pria yang tiba-tiba muncul dengan cahaya kemilau di sudut apartemen studionya itu dan membuatnya terkejut setengah mati, berujar:

"Annisa? Nama Anda Annisa?"

"Ya.... Namaku Annisa. Anda siapa? Dan bagaimana Anda bisa masuk ke apartemen saya?" 

"Namaku kelak Anda akan tahu sendiri. Mama..., aku adalah putramu 40 tahun dari sekarang. Aku datang dengan mesin waktu penemuanku," ujar lelaki yang usianya jelas lebih tua dari dirinya.

Entah mengapa, Annisa merasa lelaki itu jujur. Ia bahkan serasa melihat dirinya sendiri jika ia dilahirkan dengan jenis kelamin berbeda dan lebih tua lima belas tahun.

"Ijinkan aku bercerita, Mama...."

*** 

Dua hari dari sekarang, Annisa akan berkenalan dengan Radyan, putra tunggal konglomerat ternama yang masuk dalam daftar 500 orang terkaya versi majalah Forbes. Tiga bulan kemudian mereka menikah, dan setahun kemudian Annisa akan melahirkan Kalingga.

Malang tak dapat ditolak, saat umur Kalingga 1 tahun, mereka sekeluarga mengalami kecelakaan lalu lintas di jalan tol. Radyan dan Annisa tewas, hanya Kalingga yang selamat. Kalingga kemudian dibesarkan oleh kakek neneknya. Ia mendapat pendidikan terbaik, kasih sayang yang melimpah dan dimanjakan oleh mereka. Namun Kalingga merindukan ayah ibunya yang hanya dapat dilihat dalam album foto usang, atau hadir dalam setiap mimpinya.

Kalingga seorang jenius. Karena kerinduan pada orangtuanya, Kalingga menciptakan mesin waktu.... 

*** 

Annisa tercenung. Ia yatim piatu yang dibesarkan di panti asuhan. Dari kecil terbiasa hidup susah, bekerja keras untuk menghidupi dirinya sendiri sebelum meraih sukses sebagai penulis dan wartawan ibukota, akan menikah dengan putra konglomerat yang terkenal playboy itu?

"Bagaimana aku bisa mempercayaimu? Apa buktinya kamu datang dari masa depan?" Annsa bertanya lirih. Ia merasakan naluri kewartawanannya mengalahkan naluri keibuannya.

Kalingga menatap ke luar jendela. Dari lantai 6 terlihat ufuk timur mulai menerang.

"Apakah sebagai wartawan, Mama tau headline berita hari ini?"

Annisa menggeleng.

Kalingga menoleh. Ia melangkah dan mengambil selembar kertas dan pena dari atas meja kerja Annisa. Dengan cepat ia menulis 5 nama surat kabar dan 3 majalah mingguan yang terbit hari ini lengkap dengan kalimat serupa kepala berita, juga beberapa judul berita lain berikut nomor halamannya.

"Mama bisa mencocokkan ini di kios majalah di seberang pertigaan," ujar Kalingga sambil menyerahkan kertas tersebut. Dan Annisa pun bergegas keluar, menuju lift yang akan membawanya ke bawah.

Masih banyak yang akan ditanyakannya pada Kalingga, tapi ia ingin membaca salah satu berita yang ditulisnya dan menjadi headline di daftar Kalingga.

*** 

Kalingga mengamati ruangan apartemen dengan seksama.

"Persis seperti foto-foto di album Mama semasa gadis," pikirnya senang.

Akhirnya ia bisa bertemu Mama. Waktunya di 'masa lalu' tinggal dua jam lagi, sesuai dengan counter mesin waktunya. Setidaknya ia telah memberi peringatan tentang kejadian yang menimpa Papa dan Mama. Mungkin mereka bisa menghindari kecelakaan tragis tersebut, dan mereka akan selamat.

Ia membuka kulkas dan mengambil minuman kaleng. Ketika hendak mereguk isinya, kaleng itu terlepas jatuh dan isinya tumpah membasahi karpet.

"Oh, tidaak!" Kalingga menjerit ketika melihat tangannya mulai memudar, begitu juga bagian tubuhnya yang lain, menjadi transparan, sebelum akhirnya benar-benar menghilang.

*** 

Pagi baru beranjak. Orang-orang mengerumuni sesosok tubuh yang tergeletak di pertigaan jalan. 

"Aku tidak sengaja menabraknya! Ia menyeberang secara tiba-tiba!" ujar supir mobil pengantar surat kabar yang menabrak Annisa. Beruntung massa tidak menghakimi supir tersebut.

Dari jauh terdengar suara raungan sirene mobil ambulan. Dan matahari mendaki langit dengan pasti.

Tidak ada komentar: