"We share the same omniverse,
Please clean your room,
We share the same omniverse,
And even though you are over here and not there,
There's just one everywhere"
("One Everything" by The Might Be Giants)
Jagat semesta kita hanyalah sepotong ranting kecil pada salah satu cabang multi semesta (multiverse) dari sebuah pohon yang bernama omniverse.
Eksistensi manusia sebagai khalifah hanyalah pada sebongkah batu ketiga dari sebuah bintang kecil bersinar kuning di sisi luar sebuah galaksi yang jauh dari pusat episentrum dentuman besar yang melahirkan jagad raya. Bongkahan cadas yang menjadi rumah manusia bernama bumi. Bintang sumber energi yang disebut matahari. Dan kumpulan benda antariksa sebagai galaksi tempat kita bergabung dikenal dengan sebutan Jalan Susu.
Dimana posisi kita, serangga semesta, yang terbuat dari lempung, tanah, arang dan air?
Mengapa kita masih bersifat sombong seakan-akan dunia diciptakan Sang Maha Pencipta hanya untuk kita, dan kita berhak untuk menghancurkannya?
Hampir setiap nanodetik yang berharga dari eksistensi kita terbuang sia-sia. Jangankan untuk menikmati keindahan dan kemegahan ciptaan-Nya pada skala jagat raya atau sub-atomik, memahami diri sendiri yang disebut sebagai kreasi-Nya yang sempurna, kita tak ingin!
Konon pula untuk mencintai jati Sang Maha Kreator!
Mojoverse?
Itu sih, komik!
Please clean your room,
We share the same omniverse,
And even though you are over here and not there,
There's just one everywhere"
("One Everything" by The Might Be Giants)
Jagat semesta kita hanyalah sepotong ranting kecil pada salah satu cabang multi semesta (multiverse) dari sebuah pohon yang bernama omniverse.
Eksistensi manusia sebagai khalifah hanyalah pada sebongkah batu ketiga dari sebuah bintang kecil bersinar kuning di sisi luar sebuah galaksi yang jauh dari pusat episentrum dentuman besar yang melahirkan jagad raya. Bongkahan cadas yang menjadi rumah manusia bernama bumi. Bintang sumber energi yang disebut matahari. Dan kumpulan benda antariksa sebagai galaksi tempat kita bergabung dikenal dengan sebutan Jalan Susu.
Dimana posisi kita, serangga semesta, yang terbuat dari lempung, tanah, arang dan air?
Mengapa kita masih bersifat sombong seakan-akan dunia diciptakan Sang Maha Pencipta hanya untuk kita, dan kita berhak untuk menghancurkannya?
Hampir setiap nanodetik yang berharga dari eksistensi kita terbuang sia-sia. Jangankan untuk menikmati keindahan dan kemegahan ciptaan-Nya pada skala jagat raya atau sub-atomik, memahami diri sendiri yang disebut sebagai kreasi-Nya yang sempurna, kita tak ingin!
Konon pula untuk mencintai jati Sang Maha Kreator!
Mojoverse?
Itu sih, komik!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar